Tesorofoundation – Pantun adalah puisi jenis kuno dalam sastra Indonesia. Pantun umumnya terdiri dari 4 (empat) baris per bait dan pantun a-b-a-b. Bentuk pantun umumnya terdiri dari sampiran dan isinya. Sampiran terletak pada baris pertama dan kedua, dan isi pada bagian ketiga dan keempat merupakan tempat tujuan puisi tersebut.
Ciri-ciri Pantun
Pantun 4 aturan properti:
– Satu bait terdiri dari 4 baris
– Baris 1 dan 2 merupakan sampiran atau bayangan
– Aturan 3 dan 4 dipenuhi
– Satu baris terdiri dari 4-6 kata
– Sebuah bait terdiri dari 8-12 suku kata
– Sajak a-a-a-a atau a-b-a-b
Fitur baru Pantun 2:
– Aturan: Satu bait terdiri dari dua baris
– Jumlah kata: Satu baris terdiri dari 4-6 kata
– Jumlah suku kata: Satu baris memiliki 8-12 suku kata
– Pola rima: Pola a-a
– Sampiran: Baris pertama adalah sampiran
– Konten: Baris kedua adalah konten.
Teks pantun hanya terdiri dari dua unsur sehingga menjadi teks yang lengkap, berikut struktur teks pantunnya:
1. Sampiran
Terletak di 2 baris pertama dan biasanya tidak terkait dengan bagian kedua (konten).
2. Konten
Terletak di 2 baris terakhir yang merupakan tujuan dari rima. Namun terkadang bentuk sampiran merepresentasikan isi pantun, dan posisi sampiran tidak dapat ditukar dengan isinya.
Jenis-jenis pantun berdasarkan siklus hidup:
– Pantun Anak: sejenis pantun yang berhubungan dengan masa kecil.
– Pantun Orang Muda: sejenis pantun yang berhubungan dengan masa muda di masa muda.
– Parents Pantun: sejenis pantun yang berhubungan dengan orang tua.
Sesuai isinya, Effendy melakukan beberapa penyesuaian sehingga pantun terbagi menjadi:
Anak pantun, terdiri dari:
– Sukacita pantun
– Puisi sedih
– Teka-teki / Teka-teki
– Pantun muda, terdiri dari:
– Perdagangan puisi / takdir
– Pantun diperkenalkan
– Cinta pantun
– Perceraian Pantun
– Orang tua pantun, terdiri dari:
– Takdir Pantun
– Sajak tradisional
Puisi religius
– Aturan bahasa yang digunakan dalam teks pantun sangat berbeda dengan teks anekdot dan mengikuti ciri-ciri bahasanya:
– Diksi: pilihan kata yang sesuai dan tepat untuk menyampaikan suatu gagasan sehingga memiliki dampak tertentu sesuai dengan yang diharapkan.
– Bahasa kiasan: bahasa yang digunakan pengubah untuk menyiratkan makna. Umumnya berupa peribahasa / ungkapan.
– Imaji: representasi yang dibuat secara tidak langsung oleh pelantun. Sehingga nampak tergambar dalam sebuah teks pantun yang dapat dilihat (citra visual), didengar (citra auditory) atau dirasakan (citra tangible).
– Suara: biasanya berasal dari kiasan, gambar dan diksi yang dibuat saat sajak diucapkan. Prasangka mengandung unsur pantun (rhyme) dan ritme (ritme). Untuk mempercantik sajak dan lebih mudah diingat.
Langkah selanjutnya setelah menyelesaikan sebuah rima adalah mengetahui arti dari isi rima tersebut. Cara untuk mengetahui makna dalam teks pantun adalah dengan mengevaluasi teks pantun tersebut.
– Memahami makna dan makna teks berima tidak terlalu sulit selama kita berpedoman pada KKBI. Seiring berjalannya waktu, pantun pun bertambah.
– Banyak teks puisi saat ini tidak ada hubungannya dengan isinya. Oleh karena itu, akan lebih sulit untuk menentukan arti sebuah rima.
– Namun ada beberapa cara mudah untuk mengevaluasi teks pantun, karena teks berima banyak menggunakan kata kuno dan konotatif, dan dapat menggunakan KKBI sebagai pedoman.
Bagaimana mengevaluasi teks berima:
– Bacalah pantun yang akan ditafsirkan dengan irama / irama yang benar.
– Coba cari keterkaitan antara sampiran dan isi rima.
– Cari kata-kata yang tidak biasa (kata kuno) dan kata-kata konotatif dalam pantun, kemudian mengacu pada KKBI untuk memahami arti kata demi kata dan meringkas arti dari isi sajak.
Referensi: